SORONG.Sorong Pos.Com,- Dari pantauan media ini, Sabtu (28/10) Anggota DPR RI daerah pemilihan Papua Barat Robert Joppy Kardinal yang didampingi Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Papua Barat Daya Yusdi Lamatenggo, pemilik lahan sekolah bola kaki Belanda di Kelurahan Saoka Johan Ang dan salah satu investor asing mengujungi lokasi persiapan pembangunan lapangan sepakbola dan sekaligus lahan yang akan digunakan atau didirikan sekolah sepakbola Belanda.
Usai melakukan kunjungan Robert Joppy Kardinal yang kerap disapa RJK menjelaskan, ide pembangunan sekolah sepakbola. Sebenarnya sudah dilakukannya pada beberapa puluh tahun yang lalu, saat itu Kabupaten Sorong dijabat Bupati Almarhum Jhon Piet Wanane. Dimana pihaknya secara bersama membuat program, dengan mendatangkan pelatih sepakbola dari benua Eropa yakni Belanda. ” Pelatihnya dengan suka rela melatih disini selama kurang lebih 6 bulan. Hasilnya dapat dua pemain saat itu yakni Boas Solossa dan Imanuel Wanggai. Selain melatih pemain dan mencari pemain berbakat, mereka juga pelatih di Sorong atau TOT. Tapi program yang bagus itu terputus, ” akunya.
Lebih lanjut RJK menegaskan saat ini, sesuai ide dari pemilik Mooi Park Johan Ang, dengan menyediakan lahan. Kemudian lahan yang dipersiapkan didepan Mooi Park, hidup dan dekat dengan masyarakat. Akhirnya lahan yang dimilikinya dipersiapkan untuk membangun lahan sekolah sepakbola Belanda. Ditambahkannya juga Johan Ang adalah merupakan anak Papua asal Fak-Fak dan tinggal di Belanda selama kurang lebih 30 tahun. Dikarenakan punya banyak kenalan di Eropa, dia memutuskan untuk mendirikan Yayasan Sepakbola Belanda di Sorong yang berlokasi di kelurahan Saoka depan Mooi Park.
” Jadi lahan miliknya akan diserahkan ke Pemprov Papua Barat Daya dan kemudian yayasan sekolah sepakbola Belanda. Lahan tersebut akan dibangun stadion eco tourism. Jadi sepakbola dan wisata menjadi satu dalam artian olahraga, pemuda dan pariwisata menjadi satu. Lahan ini akan diserahkan ke Pemprov PBD secara gratis, untuk bangun sarana olahraga termasuk lapangan sepakbola, basket dan volly. Nah uniknya stadion yang dibuat akan mengikuti kontur lahan yang ada, sehingga tidak merubah banyak lahan tersebut. Contohnya dibuat seperti ampi teater. Olahraga dibangun dengan baik, mendapatkan pelatih dan pemain yang bagus daerahnya juga terjaga,” urainya.
Selain itu juga kata RJK, saat ini pihaknya akan mendatangkan pelatih sepakbola dari Belanda. Bahkan dengan tegas RJK menegaskan bahwa pelatih yang didatangkan tidak meminta bayaran atau gaji. Apalagi pelatih yang didatangkan pernah selama 4 tahun melatih klub atau tim junior Ajax Amsterdam. Kemudian pelatih ini juga pernah melatih tim junior AC Milan. ” Tidak mungkin kita sanggup bayar gajinya. Hanya mereka dengan sukarela kesini. Yang penting kita siapkan tiketnya dan tempat tinggal selama di Sorong. Jadi jama pak Jhon Piet Wanane pelatih dari Belanda, saya yang biayai. Nah ini juga nanti saya yang akan biayai,” tegasnya.
Oleh karena itu kata RJK, pihaknya hanya meminta dari Pemprov PBD untuk menyiapkan sarana dan fasilitas yang dibutuhkan. Dikarenakan lokasi sangat bagus dan tenang. Untuk pelatihan dan sekolah sepakbola. Dengan demikian daerah di Kelurahan Tanjung Kasuari dan Saoka dapat di bangun dalam artian jalannya sudah bagus. Kemudian penerangan jalannya, dikarenakan ini daerah wisata yang harus menjadi perhatian Pemrov PBD dan Pemkot Sorong.
” Ada salah satu pelatih asal Belanda pernah cerita kepada saya. Saat jama Jhon Piet Wanane. Pelatih itu berada disini selama kurang lebih 6 bulan. Dia sampaikan ke saya dari 100 anak Papua yang turun ke lapangan bermain bola. Dimana sekitar 80 orang sudah memiliki talenta tinggal di asah saja. Dia contohkan seperti berlian , di gali kemudian diolah dan menjadi mahal tergantung bagaimana mengasahnya atau memotongnya,” ungkapnya.
Ketika ditanya Yayasan Sekolah Sepakbola Belanda yang akan didirikan, apakah anak yang dilatih dan didik akan bermain sepakbola ke luar negeri. Kata RJK ” Itu sudah praktis, karena mereka pelatih yang pernah melatih di tim sebesar Ajax Amsterdam, AC Milan dan Barcelona. Jadi kita tidak usah tawar ke mereka. Ketika mereka melatih dan mihat ada yang berbakat. Misalnya usia 15 tahun dan berbakat dan punya talenta. Tinggal dia dipilih secara langsung, ambil dan nantinya dia yang tawarkan ke klub- klub liga Eropa. Karena itulah bisnis mereka. Kalau sudah begini kita sudah bisa merubah nasib dan masa depan anak- anak Papua dalam kancah sepakbola internasional. Tetap praktis mereka berkebangsaan Indonesia, mau main di Eropa atau Amerika Latin orang tetap tahu dia orang Indonesia asal Papua,” imbuhnya.
Lebih jauh RJK menegaskan langkah seperti ini, jika menghasilkan pemain kelas dunia. Nantinya mereka para pemain ini bisa bermain di Timnas Indonesia, daripada pemerintah dalam hal ini PSSI bangga dengan apa yang dinamakan naturalisasi. Menurutnya juga seharusnya PSSI dan pemerintah punya perhatian khusus ke Papua, karenaau menjadi pemain bagus banyak bakat dan talenta dari Papua. ” Kalau sekolah sepakbola Belanda ini jalan. Kedepan akan menjawab kualitas dari para pemain Indonesia. Bukan bangga dengan naturalisasi datangkan pemain dari luar, bayar mahal lagi. Ini jelas tidak menjawab, kemudian kompetisi sepakbola di tanah Papua mendatangkan pemain dari luar Papua. Ini jelas tidak menjawab, pemain dari luar dibayar mahal. Pemain kita anak Papua tidak dibayar mahal,” terangnya. (boy)