SORONG.SorongPos.Com,- Ketua Tim Pemantau Kemanusiaan di Kabupaten Maybrat Mananwir Paul Finsen Mayor, S.IP.,CM. NNLP dalam press release yang disampaikan kepada media ini, Senin(17/4) meminta kepada Pangdam Kasuari, agar segera menarik kembali penempatan ratusan prajurit TNI di Kabupaten Maybrat. Penegasan Paul Finsen Mayor, setelah mendapat pengaduan dari masyarakat yang mendatangi kantor Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah III Doberay.
Menurutnya tim pemantau kemanusiaan yang dibentuk Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Papua Barat ( FKUB PB), Persekutuan Gereja Gereja Papua di Provinsi Papua Barat ( PGGP PB) dan Dewan Adat Papua Wilayah Doberay /Papua Barat ( DAP Wilayah Doberay Papua Barat), dengan didukung oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM) dan sejumlah lembaga lainnya adalah bertujuan memastikan kondisi kemanusiaan dan kedamaian di Kabupaten Maybrat, serta mencari solusi penyelesaian kasus Maybrat.
“Masyarakat Adat Papua beberapa hari ini selalu datang mengadu ke Dewan Adat Papua Wilayah III Doberay, karena penempatan pasukan TNI di Kabupaten Maybrat. Kami perlu pertanyakan hal ini kepada Pangdam Kasuari ini. Kami orang adat Papua sangat bangga dengan beliau apalagi beliau orang Gereja, anak Tuhan,” ujarnya.
Bahkan kata Paul pihaknya sangat kaget skali dengan pengaduan dari masyarakat adat di Maybrat ini. Padahal diharapkan kehadiran Pangdam Kasuari adalah membawa kedamaian ke tanah Papua khususnya di wilayah Papua Barat dan Papua Barat Daya.
” Tapi kami masih punya harapan, beliau punya hati nurani yang luhur dan mulia sehingga akan menarik Pasukan dari Maybrat,” akunya.
Lebih lanjut Paul mengatakan atas nama kemanusiaan di tanah Papua. Dimana pihaknya kembali menegasksn mendesak kepada Pangdam Kasuari, agar segera menarik pasukan TNI yang ditempatkan ke kabupaten Maybrat. ” Sebab masyarakat adat Papua sangat ketakutan, kami khawatir mereka yang sudah kembali ke kampung halamannya, takut dan lari kembali ke hutan,” terangnya.
Oleh karena itu pihaknya meminta kepada pihak TNI, agar jangan lagi ciptakan kondisi yang membuat masyarakat adat Papua ketakutan diatas tanahnya sendiri.
“Pak bupati Maybrat dan semua muspida kabupaten Maybrat segera sikapi dan nyatakan Maybrat aman sehingga jangan ada lagi penurunan pasukan TNI sampai ratusan orang. Ini bahaya skali untuk keselamatan orang Papua di Maybrat, ” bebernya.
Ditambahkan Paul juga, warga masyarakat di kabupaten Maybrat, mau menikmati hidup aman dan nyaman, mereka mau hidup rukun, tidak mau lari ke hutan lagi. ” Stop kasih naik pasukan TNI, lalu mari kita bcara cari solusinya.
Kalau selalu direspon dengan cara cara seperti ini lama-kelamaan masyarakat adat Papua akan memberontak terhadap pemerintah karena merasa diintimidasi,” pungkasnya.
Oleh sebab itu atas nama umat beragama dan masyarakat adat Papua meminta kepada Pangdam Kasuari segera menarik ratusan prajurit yang ditempatkan di kabupaten Maybrat. ” Apalagi selaku anak Tuhan, Pangdam Kasuari adalah orang Gereja sebenarnya bisa merasakan dengan nurani, bagaimana keadaan masyarakat adat, umat beragama di daerah Maybrat terutama di Aifat Raya,” imbuhnya. (boy)