Jayapura, Sorongpos – Universitas Muhammadiyah Papua menargetkan menerima 300 mahasiswa baru pada tahun ajaran 2021-2022 nanti. Mereka akan diterima di enam program studi jenjang Strata 1 (S1).
Demikian disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Papua Dr. Muhammad Nur Jaya, Ir, MSi saat peresmian atau ‘launcing’ Universitas Muhammadiyah Papua di Jayapura, Jumat (23/10/2020).
Keenam prodi adalah Psikologi, Kewirausahaan, Komunikasi, Hukum, Komputer, dan Lingkungan. Setiap prodi akan menerima 50 mahasiswa.
“Minimal 300 mahasiswa, tapi daya tampung kami bisa lebih dari itu,” ujarnya.
Nur Jaya mengatakan, prodi yang diajukan adalah yang mendukung teknologi informasi dan digital.
Proses peneriman mahasiswa baru secara resmi akan dimulai pada Agustus 2021. Jadwal disesuaikan dengan aturan program jenjang sarjana yang dilakukan per periode. Namun bagi yang berminat bisa melakukan sekarang, meski akan terdaftar tahun ajaran baru.
“Jadi dia harus menunggu selama enam bulan ke depan, baru bisa masuk,” ujarnya.
Mahasiswa baru yang akan disasar, kata Rektor, berasal dari seluruh Papua, terutama memanfaatkan basis-basis Muhammadiyah. Namun tetap mempertahankan 90 persen mahasiswa Papua.
“Pasaran kita di Papua dan Papua Barat peluangnya sangat besar,” katanya.
Biaya kuliah akan mempertimbangkan dan mengutamakan mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi. Besar SPP-nya diambil dari tingkat rendah ke menengah, sehingga kualitasnya tetap dipertahankan.
“Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah, sekitar Rp2,5 juta, tapi untuk sementara masih Rp2 juta,” ujarnya.
Nur Jaya mengatakan, pembangunan keseluruhan fasilitas kampus Universitas Muhammadiyah Papua di atas lahan 12 hektare di Holtekam membutuhan anggaran Rp300 miliar.
Sebanyak Rp5 miliar telah disiapkan untuk pengembangan awal di atas lahan 5 hektare meliputi fasilitas rektorat, ruang kuliah, dan rusunawa. Rusunawa diperuntukan bagi dosen dan mahasiswa dari luar daerah yang belum memiliki tempat tinggal.
“Selanjutnya akan dikembangkan unit- unit pendidikan lain, yakni Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi dan akan dijadikan pusat pendidikan Muhammadiyah,” katanya.
Anggaran bersumber dari kampus, unit-unit usaha, seperti koperasi dan kantin yang membantu pengembangan kampus.
Selain itu, akan ada bantuan dari yayasan pusat Muhammadiyah serta subsidi silang antar 170 kampus Muhammadiyah untuk saling membantu satu sama lain.
“Jadi soal anggaran tidak akan menjadi masalah,” ujarnya.
Dalam kurun waktu 19 tahun sejak 2001, kata Nur Jaya, kampus Stikom Muhammadiyah yang merupakan kampus awal Universitas Muhammadiyah Papua, sudah meluluskan 1.700 sarjana (S-1) dan diploma tiga (D-3) komunikasi.
“Alumnus telah bekerja di instansi pemerintah dan swasta, lembaga elektronik, maupun media cetak,” katanya.
Dengan prestasi tersebut, Nur Jaya berharap Universitas Muhammadiyah Papua dapat berdiri sejajar dan bersinergi dengan perguruan tinggi lainnya di Papua dalam meningkatkan sumber daya manusia menghadapi era revolusi digital 4.0 di Tanah Papua.
“Tanah damai, tanah kebanggaan, dan kecintaan kita semua,” ujarnya.
Kepala LLDikti XIV Wilayah Papua dan Papua Barat Dr. Suriel S. Mofu S.Pd,M.Pd.,M.Phil, dalam sambutan mengatakan Univeritas Muhammadiyah Papua (saat menjadi Stikom) merupakan salah satu kampus terbaik di Tanah Papua. Sebab pernah menduduki peringkat pertama perguruan tinggi terbaik pada 2017-2018 di Tanah Papua
Karena itu, kata Suriel, tidak mengherankan apabila perguruan tinggi ini akhirnya mencapai status dan berubah bentuk menjadi universitas.
“Menjadi tantangan tersendiri untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitasnya, baik pendidikan, maupun penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,” katanya.
Suriel berharap Universitas Muhammadiyah Papua dapat mengembangkan literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. Di mana penguasaan literasi tersebut menjadi keharusan di era revolusi industri 4.0.
“Saya percaya perguruan tinggi ini akan menaikkan perannya dalam dunia pendidikan demi meningkatkan sumber daya manusia bagi pengembangan kesejahteraan masyarakat Indonesia, secara khusus masyarakat Papua,” ujarnya.
Perubahan status Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Muhammadiyah Jayapura menjadi Universitas Muhammadiyah Papua berdasarkan Surat Keputusan Kemendikbud Nomor 937/M/2020 tanggal 6 Oktober 2020. SK Kemendikbud diserahkan melalui Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah XIV Papua dan Papua Barat kepada pimpinan Stikom Muhammadiyah Jayapura di Biak pada 13 Oktober 2020.
Pengajuan menjadi Stikom menjadi univesritas dilakukan pada April 2019. Setelah unggahan dokumen keempat akhirnya disetujui pada Juni 2020. Sejak berdiri 26 September 2001 Stikom hanya memiliki dua prodi, yakni Strata-1 Ilmu Komunikasi dan Diploma-3 Hubungan Masyarakat. Pada Mei 2019 disetujui penambahan dua program studi, Kewirausahaan dan Ilmu Lingkungan. (Sumber: jubi.co.id)