KOTASORONG.SorongPos.Com,- Ketua Jaringan Demokrasi Indonesia Provinsi Papua Barat Daya, Amos Atkana melalui press release yang disampaikan kepada media ini, Rabu(25/4) menegaskan bahwa, hasil seleksi anggota Komisi Pemilihan Umum(KPU) Kabupaten dan Kota baik di Provinsi Papua Barat maupun Papua Barat Daya. Dimana banyak sekali aksi protes yang dilakukan para peserta yang mengikuti test atau seleksi. Tentunya kata Amos Atkana pihaknya sangat menyayangkan hal ini terjadi. Menurutnya test atau seleksi yang dilakukan, ternyata ada beberapa hal yang terlihat tidak transparan yang dilakukan tim seleksi itu sendiri.
” Tidak ada keterbukaan mengenai pengumuman hasil 20 besar oleh tim seleksi. Informasi yang kami dapat, ada yang mendapat perolehan atau peringkat tertinggi. Namun tidak direkomendasi masuk dalam 29 besar. Tapi sebaliknya yang mendapat peringkat rendah. Namun mendapat rekomendasi,” tegasnya.
Bahkan kata Amos Atkana, apakah jatah menduduki posisi terendah dalam sistim seleksi, kemudian diloloskan. Hal ini seharusnya dijelaskan oleh tim seleksi secara terbuka. Dikarenakan hal yang sangat dikuatirkan dapat mengganggu tahapan yang sedang berjalan. Apalagi tahap pendaftaran sedang dibuka. Sedangkan rata-rata penyenggara dalam hal ini KPU saat ini, akan mengakhiri masa tugasnya pada bulan Juni mendatang.
” Nah yang rata-rata melakukan protes adalah peserta yang notabene adalah incumbent atau petahana. Yang masuk masa kerja satu periode dan belum dua periode,” ujarnya.
Oleh karena itu ditegaskan Amos, tahapan pendaftaran yang akan dimulai pada bulan Mei akan terganggu. Dikarenakan proses seleksi dilakukan tidak obyektif. Ditambahkan Amos sepintas yang dilihat di Provinsi Papua Barat Daya dari tim seleksi. Dimana sangat aneh.
” Karena penyenggara di 6 kabupaten dan kota di Papua Barat Daya. Hanya yang lolos untuk petahana dua-dua orang saja. Kota Sorong dua, Maybrat juga dua dan seterusnya. Ini seperti desain yang sudah diatur,” paparnya.
Dikatakan Amos Atkana mempertanyakan, apakah komisioner yang merupakan incumbent memiliki kemampuan yang rendah. Sedangkan pendatang yang baru mempunyai kemampuan yang tinggi. Untuk membuktikannya harus penilaian obyektif dan transparan dari tim seleksi.
” Diumumkan semua tahapan seleksi sampai dengan sistim ranking dan teknik perhitungannya bagaimana. Ini tidak jelas dan kabur serta gelap. Terkesan terlihat adanya tendensi suka dan tidak suka. Kami minta dilakukan secara baik dan transparan,” bebernya. (boy)