SORONG.SorongPos.Com, -Salah satu mahasiswa program studi Farmasi dari Universitas Muhammadiyah Mala Laila Atikah melalui press release yang disampaikan ke redaksi media ini, Kamis(5/1) menjelaskan, mengenai penularan vertikal virus HIV terhadap bayi.
Menurutnya melalui peringatan hari AIDS sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember, menjadi momentum guna meningkatkan kesadaran global untuk mengatasi penularan virus tersebut. Dikatakannya pula berdasarkan pengalaman pada banyak negara, salah satu upaya paling realistis dalam menurunkan penderita baru dan sekaligus akan menaikkan derajat kesehatan adalah dengan memberi prioritas pada penularan vertikal.
Selain itu kata Mala hasil penilitian KPAN selama 10 tahun terakhir dari tahun 1999-2009. Dimana 800 penderita HIV/AIDS di Indonesia, menjelaskan bahwa lebih dari 80 persen yang tertular HIV melalui penularan secara vertikal.
Dijelaskan pula penularan secara vertikal artinya ketika seorang ibu menularkan penyakit pada bayi yang berada dikandungnya.
” Penularan bisa terjadi selama periode antepartum, intrapartum atau pascapartum. Jadi virus HIV dapat ditularkan ibu pada bayi ketika berada dikandungnya disaat proses persalinan maupun saat pemberian ASI, ” ujarnya.
Dibeberkannya juga pada populasi dengan pemberian ASI, penularan antipartum menyebabkan infeksi sebanyak 20 sampai dengan 25 persen. Sedangkan penularan melalui intrapartum dapat mengakibatkan infeksi sebanyak 60 hingga 70 persen dan penularan melalui pascapartum menyebabkan infeksi sebanyak 10 sampai dengan 15 persen.
Oleh karena itu ibu yang menderita HIV dianjurkan untuk memberikan ASI tertentu hingga maksimal 3 bulan atau lebih pendek jika formula susu memenuhi persyaratan AFASS sebelum 3 bulan tersebut. Kemudian bayi hanya diberikan susu formula dan hentikan pemberian ASI. Selain itu juga sangat tidak dianjurkan makanan donat(mixedfeeding) yaitu ASI bersamaan dengan susu formula/PSSI lainnya. Dengan demikian ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS sangat besar penularannya pada bayi yang dikandungnya.” Namun ada berbagai upaya yang bisa mencegah penularan virus HIV ibu pada bayi yang dikandungnya, ” terangnya.
Ditambahkan juga, untuk mengurangi resiko penularan virus pada ibu yang menderita HIV hanya mampu menyampaikan susu formula pada bayinya.
Bahkan resiko penularan HIV melalui ASI akan bertambah jika terdapat permasalahan pada payudara(mastitis, abes, lecet, luka outing susu). Adapun resiko penularan HIV ditularkan ibu pada bayi bisa terjadi jika terpapar darah, cairan ketuban yang pecah, cairan vagina atau cairan tubuh ibu lainnya yang mengandung dan sudah terpapar virus HIV.
Disampaikan pula pada umumnya bayi mengalami perkembangan yang lambat jika dibandingkan dengan bayi lainnya yang seusia dengannya. Menurutnya anak pengidap HIV lebih lama menguasai kemampuan motoric kasar, seperti duduk, tengkurap, merangkak dan berdiri. ” Upaya pencegahan penularan ke bayi wajib diawali dengan pemeriksaan ibunya. Mau tidak mau diagnosis ibu merupakan kunci primer, guna mencegah penularan virus HIV dari ibu ke bayi, ” akunya.
Menurutnya juga ada beberapa pencegahan penularan virus HIV positif ke janin yang dikandungnya, dimana ibu harus mendapat pelayanan kesehatan yang layak dan diberikan obat antiretrovial(ARV) untuk mengoptimalkan kesehatan ibu dan mengurangi resiko penularan terhadap bayinya, dengan cara menurunkan kadar virus HIV serendah mungkin.
” Ibu menjalani persalinan dengan cara caesar dan memberikan susu formula yang banyak, ” tegasnya.
Dijelaskan juga bahwa target Kemenkes RI semenjak memulai acara ini ditahun 2017 lalu artinya eliminasi. ” Eliminasi merupakan membuahkan penyakit tadi sebagai bukan lagi dilema signifikan. Kombinasi asal pencegahan sebelum kehamilan, disaat kehamilan, waktu proses melahirkan serta terapi ketika menyusui akan memimalisir resiko penularan virus HIV berasal dari ibu kepada bayi, ” pungkasnya. (boy)