Sorong, Sorongpos.com – Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Sorong Julian Kelly Kambu T, MS.i mengatakan bahwa menyangkut tambang galian C di daerah Malanu. Dimana selaku instansi teknis terkait sudah berkali kali menginhatkan akan dampaknya kepada warga masyarakat.
Akan tetapi pihaknya juga pernah ditegur para pemilik hak Ulayat dan tanah. ” Memang kamu ada kasih makan kita kah. Awalnya itu untuk ambil material dukung pembangunan yang dilakukan masyarakat adat. Sebelulm saya menjabat disitu. Tapi perkembangannya dua, tiga tahun kedepan sudah bekerja sama dengan pelaku usaha. Secara teknis kami sudah sampaikan dan larang, tapi pemilik ulayat dan adat tegur kita. Tapi setelah terjadi banjir terus menerus, sekarang semua berpikir,’ terangnya.
Ketika ditanya koran ini mengenai galian C di Malanu, dikuatirkan kedepan bisa terjadi banjir bandang. Kata Kelly ” Jadi begini bukan hanya di daerah Malanu dan kilo 10 kampung Bugis yang terancam banjir bandang. Tapi bisa kota Sorong seluruhnya bisa kena. Karena hasil kajian Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Kota Sorong masuk dalam kawasan daerah rawan bencana. Jadi ada bencana banjir, longsor, gempa dan tanah bergerak seperti di Palu. Dengan demikian setiap rencana pembangunan baik pemerintah, swasta, bisnis maupun masyarakat harus memperhatikan aspek lingkungan guna mengurangi dampak bencana. Dengan demikian penutupan tambang galian C, akan diatur dan ditata dengan baik, karena ditutup juga harus cari solusi. Nah akan undang masyarakat, akademisi, pengurusan tinggi kita bicarakan kedepan agar kota Sorong lebih baik,’ urainya.
Dijelaskan juga untuk daerah Kampung Bugis Km 10 sebenarnya adalah daerah kawasan resapan dan jalur daerah aliran sungai. Dengan adanya pembangunan rumah warga pada daerah tersebut sangat berbahaya. ” Itu khan daerah aliran sungai Klagison. Diatasnya sungai di bawah rumah penduduk. Jadi mau bikin saluran lebar apapun, daerah situ jalur air. Ini harus dibicarakan dengan baik, karena rumah rumah itu dibongkar harus bayar lagi. Ini kerja besar, bisa saja banir besar. Karena kota Soront pesan alamnya sudah mendahului. Nama kekurahan banyak dimulai dengan kata Kla artinya air. Sehingga kota ini dari awal pesannya sudah jelas. Mau bangun kota ini harus bangun jalur airnya terlebih dahulu. Entah kanal, saluran dan sebagaonya. Tapi yang terjadi terbalik, saluran diperkecil dan utamakan bangun tembok dan pagar, tuturnya.
Lebih lanjut untuk mencegah terjadi nencana, bukan hanya tanggung jawab pemerintah kota saja. Tetapi melibatkan pemerintah provinsi Papua Barat, Balai Wilayah Sungai, Balai Jalan, Komisi V DPR RI dan semua komponen masyarakat ‘ Ini tidak mungkin ditanggulangi satu atau dua tahun, tapi puluhan tahun. Kalau penanganan saat ini yah mungkin kasih bersih drainase dan sebagainya saja,’ terangnya.
Bahkan dengan tegas Kelly mengatakan kerusakan lingkungan di kota Sorong bukan didaerah pegunungan saja, tapi hutan mangrove juga ditebang sampai habis. Ironisnya lagi tanggul bandara Domine Eduard Osok untuk menahan air laut ketika terjadi pasang saja sduah jebol. ‘ Kalau hujan deras, daerah sudah terbuka air turun. Ketemu air laut pasang dan sudah tidak pohon mangrove untuk menahan air laut. Ya pasti saja banir terus menerus. Nah ini kita harus duduk bersama untuk dicarikan solusi penanganannya,” tegasnya. (Boy/ Arif )